Tekan Angka Stunting, Kemendukbangga-BNI Luncurkan GENTING di Tangerang

4 months ago 24
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) di Kota Tangerang, Banten. Program yang diluncurkan Kemendukbangga/BKKBN bersama BNI tersebut ditandai peletakan batu bata, semen dan penurunan asbes tidak layak.

Penurunan asbes secara langsung dilakukan oleh Wihaji pada salah satu rumah keluarga berisiko stunting (KRS) yang mendapatkan bantuan bedah rumah di Desa Panunggangan, Kecamatan Pinang. Wihaji menggunakan alat keselamatan kerja atau Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat melakukannya.

Ia juga mengecek keadaan sanitasi dan air bersih pada rumah Lindar dan Siti Masitoh yang memiliki empat orang anak. Lindar bekerja sehari-hari sebagai office boy dan anak terakhirnya masih berusia tiga bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya cek, airnya bagus, air bersihnya bagus. Kemudian mungkin sanitasinya kelihatan tadi gandeng. Bersampingan dengan kamar tidur. Itu punya risiko yang menurut para dokter punya potensi untuk risiko stunting. Karena itu kita perbaiki melalui orang tua asuh (GENTING)," ungkap Wihaji dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).

Di sela-sela kunjungan dinas, Wihaji menegaskan pentingnya gerakan gotong royong sebagai gerakan moral dan sosial dalam rangka percepatan penurunan stunting dan melindungi masa depan bangsa.

Sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting, pemerintah melakukan kolaborasi dengan stakeholder terkait, dalam hal ini pemerintah daerah dan PT. Bank Negara Indonesia (BNI), melalui menghadirkan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting.

Gerakan ini tidak hanya terkait bantuan makanan, tetapi juga mencakup intervensi gizi, edukasi parenting, pendampingan psikososial, hingga perbaikan lingkungan tempat tinggal yang layak.

"Semua dari BNI langsung ke penerima manfaat, tidak melalui kementerian lagi," tegas Wihaji.

Adapun pemimpin wilayah 10 PT. BNI Tbk, Anak Agung Agustiya Novitayanti juga ikut ke lokasi bedah rumah.

"BNI berkomitmen untuk memberikan bantuan nutrisi dan bahan makanan bergizi kepada 200 anak stunting serta program non gizi berupa perbaikan rumah tidak layak huni serta perbaikan jamban," ujarnya ketika memberikan sambutan di Kantor Kecamatan Pinang.

"Keputusan BNI untuk berkolaborasi menurunkan angka stunting tidak lepas dari misi ke-5 BNI, yakni meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Upaya ini juga dilakukan untuk mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) ke-2: penghapusan kelaparan dan peningkatan gizi serta SDGS ke-3: kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan," imbuh Agustiya.

Kota Tangerang pun terus menunjukkan keseriusannya dalam menekan angka stunting melalui berbagai program terobosan. Dalam kesempatan yang sama, Walikota Tangerang, Sachruddin menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Tangerang telah menjalankan berbagai intervensi dan sinergi lintas sektor seperti program Satu Telur Satu Minggu (Sate Sami) dari seluruh pegawai pemerintah untuk balita berisiko stunting, pemberian makanan tambahan untuk ribuan balita dan ibu hamil, serta penguatan lebih dari 1.000 posyandu di 13 kecamatan.

"Selain pendekatan gizi dan kesehatan, Pemerintah Kota Tangerang juga telah menempuh langkah holistik dengan memperbaiki rumah tidak layak huni. Hingga pertengahan tahun 2025, sebanyak 8.656 unit rumah telah diperbaiki, dan ditargetkan 1.000 unit lagi akan rampung di tahun ini," ucap Sachruddin.

Sebagai bentuk apresiasi, Kota Tangerang dipercaya menjadi tuan rumah puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tahun ini. Pemkot menyambut penunjukan ini dengan komitmen untuk terus menghadirkan kebijakan yang berpihak pada keluarga.

"Mari, kita wujudkan keluarga berkualitas untuk Indonesia yang lebih tangguh, unggul, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045," pungkas Sachruddin.

Sebagai informasi, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional telah turun menjadi 19,8%. Sementara Kota Tangerang telah mencatat capaian yang membanggakan yakni 11,2%. Artinya, prevalensi stunting di Kota Tangerang lebih rendah dari rata-rata Provinsi Banten (21,1%).

Bahkan, angka ini telah melampaui target nasional 2029 yakni 14%. Hal ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan lokal dan kolaborasi lintas sektor berhasil membawa wujud penurunan stunting secara nyata.

Hingga saat ini, dari 72.182.781 keluarga di Indonesia, terdapat sekitar 8,6 juta Keluarga Berisiko Stunting (KRS). Demi menurunkan angka stunting itu, pemerintah lewat Kemendukbang...

Read Entire Article