Fenomena Aphelion dan Perihelion, Simak Dampaknya bagi Bumi

5 months ago 20
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Fenomena aphelion dan perihelion merupakan bagian dari pergerakan alami bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Keduanya kerap menjadi perhatian masyarakat karena dianggap berpengaruh terhadap cuaca dan suhu di permukaan Bumi.

Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pengaruh fenomena ini terhadap cuaca di Indonesia tidak sebesar yang dibayangkan. Faktor utama suhu dan kondisi cuaca di wilayah tropis seperti Indonesia lebih dipengaruhi oleh dinamika atmosfer regional dan global, bukan oleh jarak bumi terhadap matahari.

Apa Itu Fenomena Aphelion dan Perihelion?

Dalam orbitnya yang berbentuk elips, Bumi tidak selalu berada pada jarak yang sama dari Matahari. Saat mencapai titik terdekat, disebut perihelion, biasanya terjadi pada awal Januari. Sebaliknya, saat berada di titik terjauh, disebut aphelion, yang umumnya terjadi pada awal Juli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip penjelasan BMKG, saat aphelion jarak Bumi ke Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer, sedangkan saat perihelion jaraknya sekitar 147,1 juta kilometer. Selisih jarak sekitar 5 juta kilometer atau 3% ini memang memengaruhi intensitas radiasi Matahari yang diterima Bumi, namun tidak cukup signifikan untuk mengubah pola cuaca harian secara drastis.

Apakah Aphelion Menyebabkan Suhu Dingin?

BMKG menyatakan bahwa anggapan aphelion sebagai penyebab suhu dingin adalah keliru. Udara yang lebih sejuk di Indonesia pada bulan Juli lebih disebabkan oleh musim kemarau. Pada periode ini, wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan khatulistiwa, dipengaruhi oleh massa udara dingin dan kering yang bertiup dari Australia.

Selain itu, rendahnya tutupan awan dan tingkat kelembapan juga menyebabkan energi panas Matahari yang diserap permukaan Bumi pada siang hari cepat hilang di malam hari. Inilah yang menyebabkan suhu udara turun, terutama menjelang pagi. Fenomena ini bersifat musiman dan tidak berkaitan langsung dengan jarak Bumi terhadap Matahari, sebagaimana dijelaskan BMKG dalam keterangan resminya.

Bagaimana dengan Dampak dari Perihelion?

Ketika perihelion terjadi pada awal Januari, Bumi memang berada lebih dekat ke Matahari dan menerima sedikit lebih banyak radiasi. Namun BMKG menegaskan bahwa hal ini tidak berdampak besar terhadap suhu global. Musim tetap ditentukan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi, bukan jaraknya ke Matahari.

Sebagai contoh, saat Bumi berada di perihelion, belahan Bumi utara justru sedang mengalami musim dingin karena posisinya miring menjauhi Matahari. Sebaliknya, belahan Bumi selatan mengalami musim panas. Sementara di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia, perbedaan ini tidak terlalu terasa karena lebih dipengaruhi oleh pergerakan angin muson dan posisi semu Matahari.

Faktor yang Lebih Berpengaruh terhadap Cuaca

BMKG menekankan bahwa cuaca harian dan suhu udara di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh pola angin muson, tingkat kelembapan, dan kondisi atmosfer regional maupun global. Misalnya, angin timuran dari Australia yang membawa udara dingin dan kering selama musim kemarau menjadi salah satu penyebab utama suhu dingin di beberapa wilayah Indonesia.

Selain itu, intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain, seperti keberadaan awan, partikel debu, tingkat polusi udara, dan posisi Matahari di langit. Karena itu, fenomena aphelion dan perihelion tidak menjadi faktor utama dalam menentukan kondisi cuaca yang dirasakan masyarakat sehari-hari.

(wia/jbr)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article