Fadli Zon Ajak Publik Bersikap Dewasa Maknai Tragedi Mei 1998

6 months ago 22
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menyampaikan sikap yang mengajak publik bersikap dewasa dalam memaknai tragedi kelam Mei 1998. Alih-alih menyudutkan korban, Fadli menekankan pentingnya keberanian untuk melihat sejarah secara jernih, tanpa kehilangan empati, tapi juga tidak menanggalkan akal sehat.

"Setiap luka sejarah harus kita hormati. Tapi sejarah bukan hanya tentang emosi, ia juga tentang kejujuran pada data dan fakta," kata Fadli, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6/2025).

Pernyataan itu memicu gelombang kekecewaan. Tetapi jika dibaca utuh, maksudnya bukan menyangkal kekerasan seksual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Justru Fadli ingin mengajak semua pihak berhati-hati agar narasi sejarah tidak jatuh pada simplifikasi yang justru menyulitkan pencarian keadilan sejati. Fadli mengatakan isu ini memang sensitif.

Tapi justru karena sensitif, kata Fadli, publik harus lebih hati-hati dalam menggunakannya. Kata 'massal' bisa bermakna luas dan memerlukan bukti yang teruji secara akademik maupun legal.

Mengutip laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tahun 1998, Fadli menyebut yang memang mencatat adanya kekerasan seksual, namun belum menyebut pola sistematis yang mengarah pada kategori 'massal' secara hukum internasional. Menurut Fadli, ini bukan soal menyangkal korban.

"Ini soal menghindari penyimpulan yang terlalu cepat, yang justru bisa membuat luka makin dalam dan kebenaran makin kabur," ujar Fadli.

Fadli menegaskan ia tak pernah menihilkan penderitaan para korban. Fadli bahkan menyatakan dukungan penuh pada penguatan institusi seperti Komnas Perempuan dan mekanisme keadilan transisional.

"Empati tidak harus emosional. Empati juga berarti memastikan bahwa setiap peristiwa dipahami dalam proporsinya yang benar, agar keadilan bisa ditegakkan tanpa keraguan," kata Fadli.

Dalam konteks ini, Fadli menyatakan tugas negara adalah menghormati korban, tetapi juga memastikan bahwa sejarah ditulis dengan bertanggung jawab-bukan berdasarkan tekanan atau sensasi.

Dalam dunia yang semakin bising dan penuh kesimpulan instan, ajakan Fadli terasa sebagai peringatan. Fadli menegaskan luka sejarah harus dirawat, bukan diperdebatkan secara bising.

Fadli mengajak publik memberi ruang bagi para sejarawan, akademisi, dan lembaga resmi untuk menyusun narasi dengan penuh tanggung jawab. Ia pun menegaskan isu ini bukan tentang dirinya.

"Ini tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, menulis sejarah dengan kepala dingin, hati terbuka, dan kaki yang berpijak pada fakta," kata Fadli.

Fadli mengatakan polemik ini bisa menjadi momentum. Bukan untuk saling menyerang, tapi untuk bersama-sama menolak dua hal sekaligus: lupa dan manipulasi.

Jangan sampai, sebut Fadli, luka para penyintas dikaburkan tapi jangan pula fakta sejarah dibentuk dengan asumsi yang belum tuntas.

"Sejarah yang adil adalah yang bisa menampung air mata, tapi juga bisa menyaring dusta," kata Fadli Zon.

Menteri Koordinator PMK RI Pratikno juga ikut memperjelas maksud pernyataan Fadli. Menurutnya, Fadli tidak sedang membantah terjadinya kekerasan, tapi mempertanyakan penggunaan istilah 'massal' yang secara akademik memang diperdebatkan.

"Fokusnya bukan ada atau tidak adanya kekerasan, tapi soal terminologi yang digunakan. Itu harus kita bedakan agar tidak terjadi salah paham," pungkasnya.

Simak juga Video 'Wakil Ketua Komisi X Respons Klarifikasi Fadli Zon soal Pemerkosaan 1998':

(anl/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article