Analisis Pakar soal Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

6 months ago 51
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Jakarta -

CEO Tesla Elon Musk memutuskan mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Langkah Musk ini dianggap dilatarbelakangi sejumlah faktor, salah satunya karena sikap Trump terhadap Musk.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan keputusan Musk itu berkaitan dengan kebijakan efisiensi Trump yang berdampak pada banyak pegawai AS. Hikmahanto menyinggung sikap banyak negara lain yang tidak menyukai deretan kebijakan Trump sejak masa awal pemerintahannya.

"Efisiensi yang dilakukan besar-besaran dan terkena pada banyak pegawai AS, termasuk yang terafiliasi dengan Partai Republik dan pedukung Trump. Mereka kecewa dengan Trump. Trump tidak mau ambil risiko kehilangan pendukungnya," kata Hikmahanto kepada wartawan, Sabtu (31/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guru Besar UI, Hikmahanto Juwana, dalam acara Ifthar Talk di Jakarta, Selasa (18/3/2025).Guru Besar UI, Hikmahanto Juwana. (Foto: LTN PBNU)

"Efisiensi yang dilakukan kan sampai ke mana-mana termasuk USAID dan VoA. Padahal itu alat untuk mengukuhkan hegemoni AS di dunia. Banyak negara terdampak sehingga banyak negara justru tidak suka dengan Trump," imbuhnya.

Hikmahanto menyoroti kebijakan Trump yang melakukan revolusi mesin dan software menggantikan manusia. Hal ini pun, menurut dia, menjadi perhatian Musk lantaran tak sesuai dengan janji kampanye Trump yang ingin membuka banyak lapangan pekerjaan.

"Kebijakan ini hendak menggantikan manusia dengan mesin dan software. Padahal Trump dalam kampanyenya justru ingin membuka banyak lowongan pekerjaan," ujar Hikmahanto.

Lebih lanjut, Hikmahanto menganggap sikap Trump juga menjadi faktor Musk mempertimbangkan posisi dirinya di pemerintahan. Menurutnya, Trump tidak mengacuhkan Musk.

"Belakangan Trump seperti (tidak) mengacuhkan Elon sehingga Elon merasa lebih baik keluar dari pemerintahan. Sudah tidak dijadikan teman diskusi bahkan disanjung-sanjung," katanya.

Elon Musk Pamit

CEO Tesla Elon Musk mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Musk sempat mengucapkan terima kasih kepada Trump bahwa masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah akan segera berakhir.

Dilansir Reuters, Kamis (29/5), masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei. Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal.

Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut.

Musk pada hari Selasa (27/5) lalu mengkritik biaya undang-undang pajak dan anggaran Partai Republik yang sedang dibahas di Kongres.

"Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU pengeluaran besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE," kata Musk kepada CBS News.

(fca/dhn)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article